Memahami segayung cukup sebenarnya mudah sekali, kita bisa membahasakannya dengan sikap kesederhanaan, bukan jumlah 'gayung'[dipahami sebagai alat] yang kita bicarakan tapi apa dan seberapa banyak yang kita gayung?. Segayung cukup bisa kita terjemahkan ke dalam kalimat yang lebih sederhana yaitu sikap mental manusia atas ketercukupan kebutuhan dan tidak melebih-lebihkannya. Kalau segayung sudah cukup jangan memaksakan bergayung-gayung. Manipulasi anggaran, manipulasi kebutuhan, manipulasi laporan keuangan, pemborosan dana, lihat saja kalau akhir tahun ada beberapa departemen yang sibuk membuat kegiatan yang padahal tidak perlu hanya untuk menutupi penghabisan anggaran.
Kita tengok renovasi gedung DPR yang katanya akan dianggarkan Triliunan Rupiah, Renovasi WC sekian M, Renovasi ruang rapat BANGGAR 20 M ini sudah terjadi. Ongkos politik memang mahal, seorang politisi harus bisa menutupi hutang modal waktu pemenangannya,kalau tidak dengan anggaran negara atau mengemis-ngemis ke pengusaha tajir dengan janji proyek masa depan yang menguntungkan. Untuk pencitraan seorang politikus wajib mengeluarkan uang banyak. Untuk menjadi seorang kepala negara, daerah, anggota dewan dan bahkan kepala desa tidak luput dari uang. Rakyat tidak murni memilih mereka, tapi kekuatan uang menjadikan mereka sebagai pemimpin (bisa dibuktikan, ini ilmiah). Makanya ketika menjabat, secara membabi buta mencari celah-celah hukum atau proyek-proyek yang bisa menguntungkan dan tentunya tanpa sadar negara dirugikan.
Sudahlah, mungkin lingkungan dan kebudayaannya sudah seperti ini, bisa apa kita, atau kita serahkan saja kepada Tuhan semesta alam.
Nanti kita diskusikan kawan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar