Selasa, 21 Februari 2012

Tulisan ini SESAT (Jangan dibaca)

Dalam berpolitik berbohong itu memang wajib dipelajari, bahkan ada beberapa partai yang memberikan materi berbohong dalam pembekalan untuk para kader dalam pendidikan politik. Bagaimana tekhnik membodohi rakyat agar percaya 100% supaya mereka memilih partainya, merayu, menjanjikan atau bahkan menakut-nakuti rakyat. Berbohong adalah sikap yang harus terus diasah oleh para kader, semakin mahir maka semakin tinggi jabatan di partai. Anda bisa membohongi minimal 5.000 warga bahwa Anda adalah orang bersih yang jauh dari dosa, berarti Anda sudah berhasil menjadi seorang politisi (BUSUK).

Berbohong dan korup saya pikir memang tidak bisa lepas dari dunia politik praktis. Tidak hanya itu, muka tebal dan berkelit serta suap juga harus tetap ada, juga intrik. Bagaimana saya bisa menang pemilihan kalau semua yang disebutkan di atas tidak ada?. Benarkah banyak uang dan harus tega menipu rakyat sudah jadi syarat mutlak bagi para politikus untuk menang?. Tenang saja, turunannya masih banyak; kekerasan, kerusuhan, pengalihan isu dan lain sebagainya. Butuh banyak staff ahli untuk membentuk team yang kuat, supaya bisa korupsi berjamaah dan sistematis serta terorganisir dan tentunya kalau ketahuan banyak staff yang harus dikorbankan sebelum sampai ke Dewan Pimpinan.

Selain mahir membohongi publik, berbohong depan hakim agung dan media juga hal yang musti kudu dimiliki.





Jumat, 10 Februari 2012

Belum Selesai

Pisau penelitian, metodologi ilmiah. Sejak kapan sebenarnya kita jadi so' ilmiah? Padahal itu semua hal yang baru.
Ada batasan-batasan, kaidah-kaidah yang kalau kita lari darinya kita bisa di cap tidak ilmiah atau tidak rasional, masyarakat primitif, ketinggalan jaman. Apakah ada kepentingan ilmu pengetahuan sehingga pemikiran manusia harus dibatasi oleh aturan-aturan itu?. Apakah manusia yang dinamis ini bisa di nilai oleh angka-angka statistik? Hanya rekayasa ilmu pengetahuan, atau fakta yang harus kita akui kebenarannya?

Segala yang berurusan dengan ilmu pengetahuan biasanya mahal. Tidak heran komersialisasi pendidikan, komersialisasi ke-benar-an, menjadi ladang bisnis yang marak akhir-akhir ini. Tumbuh bak jamur di musim hujan sekolah-sekolah bergengsi yang kenyataanya mahal, Perguruan tinggi yang asal-asalan tapi banyak mahasiswanya padahal mahal, Lembaga-lembaga survei yang so' paling akurat, paling dipercaya. Orientasi yang salah kaprah.

Yuk tengok lembaga-lembaga survei, yang katanya SESUAI DENGAN ATURAN MAIN METODOLOGI PENELITIAN ILMIAH juga bisa membentuk dan atau mengarahkan opini publik sesuai keinginan kubu tertentu. Entah itu untuk pencitraan, atau hanya untuk menggoyang partai tertentu. Yakin semua prosesnya membutuhkan tidak cukup modal sedikit. Entah data yang diperoleh itu valid ataukah absurd, rekayasa data belaka. Hasil penelitian bisa dipesan loh sesuai kebutuhan si empunya uang. Salah Kaprah.

Syarat berijazah S1 untuk kerja, untuk jadi pejabat,  kewajiban akta mengajar bagi para pengajar. Menciptakan Perguruan-perguruan Tinggi atau bahkan jasa-jasa pemesanan paket S1. Ah ijazah palsu pun ada, apa sih yang tidak mungkin di dunia ini? Uang adalah kekuatan. Miris kaum miskin. Kapitalisme.

Hukum? ah sudahlah, semua orang sudah tahu dan memahami bagaimana hukum di jaman ini.

Salam






Rabu, 01 Februari 2012

Bola Panas....

Panas terik matahari tidak menyurutkan semangat anak-anak itu untuk memainkan bola --"kami tahu hal ini akan sangat berisiko untuk keselamatan dan harga diri"--. Bola dilempar menuju lapangan, lalu dengan asyik mereka bermain tanpa peduli panas membakar tubuh mereka, bola seolah tidak berhenti dimainkan ke segala arah. Teringat saat aku menjalani kehidupan kecil yang sangat indah di kampung halaman. "Inilah saat aku kecil, kala bermain tanpa menghiraukan panas dan hujan sekali pun" aku bergumam.

Keringat membasahi tubuh mereka, nafas mereka terengah-engah bagai ikan jauh dari air. Sementara kedudukan masih kaca mata, belum ada satu gol pun yang melesak ke gawang. Semangat mereka terus membara, target membobol gawang lawan menjadi pemicu adrenalin mereka.

Pemberitaan di media kabar sudah sangat ramai, bola panas wisma atlet sudah menggelinding menjauh dan membesar. Partai tertentu kebakaran jenggot dan partai tertentu memanfaatkannya untuk sekedar bermain-main peran saja. Belum selesai dengan ini, masih banyak lagi bola panas yang akan berkeliaran menjelang 2014.

Akhirnya permainan terhenti karena masing-masing team sudah kelelahan, tidak ada aturan yang baku atau waktu tertentu dalam permaianan ini. Ketika semuanya sudah sepakat untuk berhenti otomatis permainan dihentikan, tidak ada wasit maupun hakim garis. Ini benar-benar permainan yang membutuhkan sportifitas dan kejujuran yang sangat tinggi. Tidak membutukan lapangan yang luas, cukup di depan halaman rumah sudah cukup untuk bermain.

Lagi-lagi perasaan itu muncul tiba-tiba, aku mau seperti dulu, menikmati masa bermain dengan kawan-kawan, bebas lepas tanpa ada beban. Melihat sekarang suasana di rumah sudah tidak nyaman lagi, capek aku menyimak ketidak harmonisan kawan-kawan ku di eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Entah apa yang mereka inginkan, entah apa yang mereka rebutkan.
Aku ingin kita bermain bersama, bersih, akrab, harmonis, walaupun tanpa aturan kita pasti senang menjalaninya.

Ah tulisan macam apa lagi ini....?

Salam