Jumat, 10 Februari 2012

Belum Selesai

Pisau penelitian, metodologi ilmiah. Sejak kapan sebenarnya kita jadi so' ilmiah? Padahal itu semua hal yang baru.
Ada batasan-batasan, kaidah-kaidah yang kalau kita lari darinya kita bisa di cap tidak ilmiah atau tidak rasional, masyarakat primitif, ketinggalan jaman. Apakah ada kepentingan ilmu pengetahuan sehingga pemikiran manusia harus dibatasi oleh aturan-aturan itu?. Apakah manusia yang dinamis ini bisa di nilai oleh angka-angka statistik? Hanya rekayasa ilmu pengetahuan, atau fakta yang harus kita akui kebenarannya?

Segala yang berurusan dengan ilmu pengetahuan biasanya mahal. Tidak heran komersialisasi pendidikan, komersialisasi ke-benar-an, menjadi ladang bisnis yang marak akhir-akhir ini. Tumbuh bak jamur di musim hujan sekolah-sekolah bergengsi yang kenyataanya mahal, Perguruan tinggi yang asal-asalan tapi banyak mahasiswanya padahal mahal, Lembaga-lembaga survei yang so' paling akurat, paling dipercaya. Orientasi yang salah kaprah.

Yuk tengok lembaga-lembaga survei, yang katanya SESUAI DENGAN ATURAN MAIN METODOLOGI PENELITIAN ILMIAH juga bisa membentuk dan atau mengarahkan opini publik sesuai keinginan kubu tertentu. Entah itu untuk pencitraan, atau hanya untuk menggoyang partai tertentu. Yakin semua prosesnya membutuhkan tidak cukup modal sedikit. Entah data yang diperoleh itu valid ataukah absurd, rekayasa data belaka. Hasil penelitian bisa dipesan loh sesuai kebutuhan si empunya uang. Salah Kaprah.

Syarat berijazah S1 untuk kerja, untuk jadi pejabat,  kewajiban akta mengajar bagi para pengajar. Menciptakan Perguruan-perguruan Tinggi atau bahkan jasa-jasa pemesanan paket S1. Ah ijazah palsu pun ada, apa sih yang tidak mungkin di dunia ini? Uang adalah kekuatan. Miris kaum miskin. Kapitalisme.

Hukum? ah sudahlah, semua orang sudah tahu dan memahami bagaimana hukum di jaman ini.

Salam






Tidak ada komentar:

Posting Komentar